Kamis, 04 Agustus 2011

3 Juni Jum'at yang Menyesakkan


Aku tahu, aku takkan pernah bisa mendengarkannya, mendengar suaranya kembali meski seberapa rindunya aku dengan paraunya…
Meski kugali sampai lapisan troposfer bumi, dan meski kusingkirkan seluruh awan di dunia… aku tidak akan pernah bertemu dengannya lagi…
Oh, matilah aku… lantas pada siapa aku mengadu rindu? haruskah kuakhiri duniaku untuk bertemu dengannya? Bisakah Kau menjaminnya?  jika ya, biar kuselesaikan malam ini juga…
Tahukah Kau? Tidak bisa kubiarkan begitu saja nafasku sesak sepanjang hari, sepanjang malam, sepanjang  Jum’at  dan setiap saat aku merindukannya…
Wahai kata, bantu aku menghilangkan benci ini, benci karna tak tahu harus bagaimana membunuh benci, benci yang semula rindu… karna tak bisa juga  kubiarkan air mata terus menemaniku…  penat korneaku meminta bantuan padanya…
Berhentilah!!
Kata, kenapa lantas kw berubah menjadi tawa? Jangan permainkan perasaanku, meski kau selalu bilang “dunia adalah permainan perasaan”…  atau mungkin kau ingin membuatku biasa?
Tidak…
Masih akan ada rindu seperti ini… mungkin rindu yang akan semakin hebat… jangan membuatku terbiasa dan tidak punya hati… masih akan ada kisah yang ingin kuselesaikan…  masih ingin kubantu ruhnya tenang dengan Fatihahku…
Atau kunci…
Aku butuh kunci… biar kukunci saja kenangan itu, rindu itu, semua yang membuatku sesak… aku bisa membukanya kembali jika aku hampa…
Tapi, bisakah Kau memberI tahuku, di sudut  mana letak kenangan itu berada?? agar bisa aku menguncinya…
Sia…
Mencari letaknya saja butuh waktu semur hidupku…
“Pecundanggg…”
Kembalikan aku pada waktu lagi…
Jangan menuduh aku! aku hanya benar-benar lelah….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar